selimut ini serasa tak ingin lepas dari tubuh ini, dingin begitu merasuk ke tulang
teringat malam tadi aku berangkat kuliah dengan hujan dan harus membonceng sahabatku yang agak big :D
harus mencari alamat Rumah Blogger Indonesia di daerah jajar laweyan , muter-muter ke segala arah bersama teman-teman.. yahh teman-teman se kampusku dengan bermacam-macam kegilaan mereka masing-masing..
setiap terdapat gang, kami memasukinya, namun tembusnya ya teteppp aja disitu..
setelah muter-muter sekitar 1jam.. baru kami menemukan alamat itu.
kami mengikuti setiap acara dengan mata yang udah tinggal 5watt aja nih,
pengen sih.. ninggal ini mata dirumah trus dipuk-puk sama pacar :D
tapi apa daya, diri tak mampuu :'(
udah malem sampe jam 10an, cewek pulang sendirian, untung gak ada mbak kunti yang minta bonceng atau mas pocong yang tiba-tiba loncat dihadapanku..
setiba dirumah langsung cussss kamar tidur dan terlelap tidur bersama sahabat-sahabatku, gak tau gimana ceritanya, badan ini rasanya sakit semua, apa ketimpa gajah tidur semalem????
itu adalah misteri.............. :D
Translate
Rabu, 19 November 2014
Selasa, 18 November 2014
sahabat
Sahabat
Sahabatt.. jika ku rindu kamuu bolehkah aku
menemui dan memelukmu dengan erat tanpa melepaskanmu lagii..
sahabatt.. jika itu bisa ku lakukan itu semua akan ku jalani jika aku dapat bertemu denganmu lagi
sahabatt.. tahu kah engkau betapa aku sangatt merindukanmu
mungkin hanya dengan melihat bayangmu saja itu dapat mengurangi rinduku padamu..
tahu kah engkau kenangan-kenangan yang kau sisakan untukku tak dapat ku hapuss dari memori hidupku..
membuatku semakin sakitt menahan rasa rinduku ingin bertemu denganmu yang mungkin keinginan itu tak akan pernah tercapai..
Hampa sekali hidup ini tanpa canda tawamu..
saahabbatt... disini aku hanya bisa mengirimkan do’a padamu dan berharap kau bisa tenang disana dan selalu tersenyum padaku diatas sana..
sahabatt.. jika itu bisa ku lakukan itu semua akan ku jalani jika aku dapat bertemu denganmu lagi
sahabatt.. tahu kah engkau betapa aku sangatt merindukanmu
mungkin hanya dengan melihat bayangmu saja itu dapat mengurangi rinduku padamu..
tahu kah engkau kenangan-kenangan yang kau sisakan untukku tak dapat ku hapuss dari memori hidupku..
membuatku semakin sakitt menahan rasa rinduku ingin bertemu denganmu yang mungkin keinginan itu tak akan pernah tercapai..
Hampa sekali hidup ini tanpa canda tawamu..
saahabbatt... disini aku hanya bisa mengirimkan do’a padamu dan berharap kau bisa tenang disana dan selalu tersenyum padaku diatas sana..
Jumat, 14 November 2014
garis hidup yang telah ditentukan
“GARIS
HIDUP YANG TELAH DI TENTUKAN”
Hidup di dunia hanyalah sementara tak akan ada
yang bisa kapan kita akan meninggalkan dunia ini seperti halnya hari ini...
teman kita telah berpulang kepada-NYA ..banyak do’a dan air mata yang mengiringi, sebenarnya dalam hati sangat merasa kehilangan dan tak bisa ikhlas menerima semua kenyataan tetapi apa daya kita tak dapat mengubah takdir yang telah di gariskan oleh yang kuasa..
kehidupan di dunia banyak sekali cobaan dan rintangan yang harus kita hadapi bukan untuk kita keluhkan sebenarnya , tetapi untuk kita hadapi dan jalani ..
bukan alllah tak sayang kita melainkan kebalikannya allah sangat menyayangi kita bila kita di uji dengan ujian yang sangat berat karena allah ingin mengetahui seberapa dekat kah kita dengan NYA
kejadian hari ini tak akan bisa lagi melihat kecerianmu,lesung pipimu,dan kecantikanmu, yang kulihat hanyalah kamu yang berada di antara kain putih yang menyelimutimu..
ohh.. kawan betapa kita akan merasa sangat rindu kepadamu dengan kenangan-kenangan yang telah engkau goreskan di dalam hati kawan-kawanmu ini..
tapi kita tau disana engkau tak ingin melihat air mata menetes lagi untuk kepergianmu karena engkau telah berada di alam yang berbeda dan aku yakin kamu pasti bahagia disana karena banyak orang yang menyayangimu dan mendo’akanmu
GOOD JOB kawan karena telah memberikan yang terbaik untuk orang2 yang deket denganmu
I’LL miss u :)
teman kita telah berpulang kepada-NYA ..banyak do’a dan air mata yang mengiringi, sebenarnya dalam hati sangat merasa kehilangan dan tak bisa ikhlas menerima semua kenyataan tetapi apa daya kita tak dapat mengubah takdir yang telah di gariskan oleh yang kuasa..
kehidupan di dunia banyak sekali cobaan dan rintangan yang harus kita hadapi bukan untuk kita keluhkan sebenarnya , tetapi untuk kita hadapi dan jalani ..
bukan alllah tak sayang kita melainkan kebalikannya allah sangat menyayangi kita bila kita di uji dengan ujian yang sangat berat karena allah ingin mengetahui seberapa dekat kah kita dengan NYA
kejadian hari ini tak akan bisa lagi melihat kecerianmu,lesung pipimu,dan kecantikanmu, yang kulihat hanyalah kamu yang berada di antara kain putih yang menyelimutimu..
ohh.. kawan betapa kita akan merasa sangat rindu kepadamu dengan kenangan-kenangan yang telah engkau goreskan di dalam hati kawan-kawanmu ini..
tapi kita tau disana engkau tak ingin melihat air mata menetes lagi untuk kepergianmu karena engkau telah berada di alam yang berbeda dan aku yakin kamu pasti bahagia disana karena banyak orang yang menyayangimu dan mendo’akanmu
GOOD JOB kawan karena telah memberikan yang terbaik untuk orang2 yang deket denganmu
I’LL miss u :)
Ringkasan Teori Komunikasi organisasi bab 1-6 dari R. Wayne Pace & Don F. Faules editor oleh Deddy Mulyana, M.A., Ph.D
TEORI KOMUNIKASI ORGANISASI
BAB
I
Komunikasi Organisasi
Komunikasi Organisasi
Sebuah
buku mengenai komunikasi orgnanisasi harus mempertimbangkan setidaknya dua
konsep dasar organisasi dan komunikasi. Seperti yang akan anda lihat, studi
komunikasi organisasi adlah studi mengenai cara orang memandang objek-objek,
juga studi mengenai objek-obje itu sendiri. Dalam masyarakat kita, kita
menghargai “organisasi yang baik”. Orang senang berorganisasi. Misalnya,
organisasi sangat penting dalam dunia olahraga. Media tampak senang ketika
mereka dapat menunjukkan sebuah “tim tanpa nama” yang mengalahkan
lawan-lawannya karena “permainan tim yang terorganisasi”. Konsep “pengorganisasian” dan konsep
“orgnanisasi begitu lazim dalam kehidupan sehari-hari, tidak mengherankan bila
orang mengabaikan kepelikannya.
1) Pandangan-Pandangan
Alternatif
Realitas
Sosial
Perhatian Utama kita dalam bagian ini adalah konsep realitas social dan bagaimana kita memahami dunia social kita. Kami yakin bahwa orang mengalami keberadaan objek-objek yang bersifat fisik, namun kami juga yakin bahwa orang-orang menciptakan pengalaman yang kita miliki bersama orang-orang lain dan objek-objek. Suatu objek social adalah sekedar objek yang mempunyai makna bagi suatu konektivitas atau menuntut tindakan oleh manusia. Dalam pengertian ini, perilaku dan objek adalah konstruksi social, karena bergantung pada manusia untuk membuat perilaku dan objek itu signifikan.
Dalam buku ini istilah :objektif” merujuk kepada pandangan bahwa objek-objek, perilaku-perilaku, dan peristiwa-peristiwa eksis di suatu dunia “nyata”. Hal-hal itu eksis terlepas dan independen dari pengamat (perceiver)-nya. Istilah “subjektif” meunjukan bahwa realitas itu sendiri adalah suatu konstruksi social. Sementara itu subjektivitas menunjukan bahwa pengetahuan tidak mempunyai sifat yang objektif dan tidak mempunyai sifat yang “tidak aktif dan selektif” dari proses ini. Seorang objektivis yang eksterm memandang dunia social dengan cara yang sama ketika kita memikirkan dunia fisik dan alam, sebagai sesuatu yang konkret dan terpisah dari orang-orang yang memandang dan menyentuh dunia.
Orang yang mendekati realitas social secara objektif melihat realitas tersebut sebagai sesuatu yang konkret atau fisik dengan sesuatu struktur yang harus dan dapat ditemukan. Seorang subjektivis memandang realitas sebagai suatu proses kreatif. Yang memungkinkan orang-orang menciptakan apa yang ada di luar sana. Berdasarkan pandangan seorang subjektivis, orang-orang menciptakan suatu keteraturan alih-alih menemukan keteraturan objek-objek, dunia, dan semua hal yang ada di dalamnya.
Perhatian Utama kita dalam bagian ini adalah konsep realitas social dan bagaimana kita memahami dunia social kita. Kami yakin bahwa orang mengalami keberadaan objek-objek yang bersifat fisik, namun kami juga yakin bahwa orang-orang menciptakan pengalaman yang kita miliki bersama orang-orang lain dan objek-objek. Suatu objek social adalah sekedar objek yang mempunyai makna bagi suatu konektivitas atau menuntut tindakan oleh manusia. Dalam pengertian ini, perilaku dan objek adalah konstruksi social, karena bergantung pada manusia untuk membuat perilaku dan objek itu signifikan.
Dalam buku ini istilah :objektif” merujuk kepada pandangan bahwa objek-objek, perilaku-perilaku, dan peristiwa-peristiwa eksis di suatu dunia “nyata”. Hal-hal itu eksis terlepas dan independen dari pengamat (perceiver)-nya. Istilah “subjektif” meunjukan bahwa realitas itu sendiri adalah suatu konstruksi social. Sementara itu subjektivitas menunjukan bahwa pengetahuan tidak mempunyai sifat yang objektif dan tidak mempunyai sifat yang “tidak aktif dan selektif” dari proses ini. Seorang objektivis yang eksterm memandang dunia social dengan cara yang sama ketika kita memikirkan dunia fisik dan alam, sebagai sesuatu yang konkret dan terpisah dari orang-orang yang memandang dan menyentuh dunia.
Orang yang mendekati realitas social secara objektif melihat realitas tersebut sebagai sesuatu yang konkret atau fisik dengan sesuatu struktur yang harus dan dapat ditemukan. Seorang subjektivis memandang realitas sebagai suatu proses kreatif. Yang memungkinkan orang-orang menciptakan apa yang ada di luar sana. Berdasarkan pandangan seorang subjektivis, orang-orang menciptakan suatu keteraturan alih-alih menemukan keteraturan objek-objek, dunia, dan semua hal yang ada di dalamnya.
Organisasi/Pengorganisasian
Cara
kita menyusun atau mengatur orang, objek, dan gagasan di pengaruhi oleh cara
pandang kita, apakah kita mulai dari pandangan objektif atau pandangan
subjektif. Pendekatan objektif menyarankan bahwa sebuah organisasi adalah
sesuatu yang bersifat fisik dan konkret, dan merupakan sebuah struktur dengan
batasan-batasan yang pasti. Oragnisasi diciptakan dan dipupuk mealu
kontak-kontak yang terus menerus berubah yang dilakukan orang-orang antara yang
satu dengan yang lainnya dan tidak eksis secara terpisah dari orang-orang yang
perilakunya membentuk organisasi tersebut.
Berdasrkan pandang objektif, organisasi berarti struktur berdasarkan pandangan subjektif, organisasi berarti proses. “organisasi” (organizing) dianggap sebagai kata kerja (weick, 1979). Suatu alat deskriptif yang primer adalah metafora(kiasan). Metafora memberikan perumpamaan untuk mengkaji suatu persoalan. Metafora memiliki pengaruh yang membatasi dan memudahkan atau proses berpikir teoritis. Metafora digunakan luas dalam studi dan praktik komunikasi organisasi. Metafora memabntu menjelaskan konsep-konsep yang rumit, namun setiap metafora menjelaskan dengan suatu cara tertentu. Metafora menyederahanakan masalah dengan memungkinkan kita untuk melihat suatu organisasi yang mempunyai bagian-bagian interdependen dan dapat saling dipertukarkan yang bekerja selaras. Untuk saat ini, perlu di ingat bahwa pemahaaman seseorang mengenai organisasi bergantung pada asumsi-asumsi orang itu mengenai realitas.
Berdasrkan pandang objektif, organisasi berarti struktur berdasarkan pandangan subjektif, organisasi berarti proses. “organisasi” (organizing) dianggap sebagai kata kerja (weick, 1979). Suatu alat deskriptif yang primer adalah metafora(kiasan). Metafora memberikan perumpamaan untuk mengkaji suatu persoalan. Metafora memiliki pengaruh yang membatasi dan memudahkan atau proses berpikir teoritis. Metafora digunakan luas dalam studi dan praktik komunikasi organisasi. Metafora memabntu menjelaskan konsep-konsep yang rumit, namun setiap metafora menjelaskan dengan suatu cara tertentu. Metafora menyederahanakan masalah dengan memungkinkan kita untuk melihat suatu organisasi yang mempunyai bagian-bagian interdependen dan dapat saling dipertukarkan yang bekerja selaras. Untuk saat ini, perlu di ingat bahwa pemahaaman seseorang mengenai organisasi bergantung pada asumsi-asumsi orang itu mengenai realitas.
Sifat
Manusia
Pendekatan
objektif sangat menekankan lingkungan sebagai suatu factor penentu dalam
menjelaskan perilaku manusia. Manusia dibentuk oleh lingkungan, dan
keberhasilan, serta kelangsungan hidup mereka bergantung pada seberapa baik
mereka beradaptasi dengan realitas nyata. Karena lingkungan dan organisasi
mempunyai struktur, kelangsungan hidup suatu organisasi bergnatung pada
kemampuannya untuk beradaptasi dan bertransaksi dengan lingkungan.
Tindakan
Manusia
Berdasarkan
pandangan kaum objektivis, tindakan itu bertujuan, intensional, goal oriented, dan rasional. Bagi kaum
subjektivis, tindakan muncul dari proses social dalam interaksi manusia.
Fokusnya adlaah perilaku yang berkembang (emergent)
yang bergantung pada konstruksi social yang terjadi selama proses interaksi.
Kedua pandanga diatas sama-sama “berorientasikan manusia”, namun memandang
manusia dengan cara berbeda. Istilah
pandangan dunia (worl view) merujuk
pada asumsi-asumsi seseorang mengenai realitas dan sifat manusia. Pertanyaan
yang paling proaktif adalah, “apakah pengaruh pandangan dunia dan pandangan
dunia mana yang harus diikuti?”.
Pengaruh
Pandangan Dunia Atas Definisi Dan Analisis
Pandangan
dunia seseorang mempunyai pengaruh atas bagaimana seseorang mendefinisikan
konsep organisasi. Seorang objektivis, melihat sebuah organisasi sebagai
struktur yang nyata. Organisasi adalah sebuah wadah yang menampung orang-orang
dan objek-objek, orang-orang dalam organisasi yang berusaha mencapai tujuan
bersama. Kaum objektivis mencari “bentuk terbaik” organisasi, berdasarkan
kondisi lingkungan. Organisasi dianggap sebgai pemroses informasi besar dengan input, throughtput, dan output.
Kaum subjektivis mendefinisikan organisasi sebagai perilaku pengorganisasian (organizing behavior). Studi bjektif berfokus pada penemuan hubungan-hubungan kausal (sebab dan akibat). Bila hubungan kausal ini terbuka, dianggap bahwa keteraturan hingga keteraturan itu dikonstruksi oleh anggota-anggota organisasi.
Kaum subjektivis mendefinisikan organisasi sebagai perilaku pengorganisasian (organizing behavior). Studi bjektif berfokus pada penemuan hubungan-hubungan kausal (sebab dan akibat). Bila hubungan kausal ini terbuka, dianggap bahwa keteraturan hingga keteraturan itu dikonstruksi oleh anggota-anggota organisasi.
Peranan
Lingkungan
Pendekatan
objektif menegaskan bahwa lingkungan merupakan kekuatan pendorong di belakang
perilaku organisasi. Organisasi di kondisikan oleh lingkungan, dan kelangsungan
hidup organisasi bergantung pada kemampuannya menafsirkan lingkungan yang nyata
dan beradaptasi dengannya. Teori determinisme lingkungan mempunyai pengaruh
besar atas studi perilaku organisasi (Lawrence & Lorsch, 1969; Burns &
Stalker, 1961). Suatu bagian penting perilaku organisasi adalah bagaimana para
peserta menciptakan lingkungan dan bagaimana penciptaan tersebut mepengaruhi
perilau mereka ( Weick, 1979)
Kesederhanaan
dan Kerumitan
Pendekatan
objektif cenderung mereduksi organisasi menjadi bagian-bagian yang berinteraksi
yang merespon dan beradaptasi dengan lingkungannya, yang mengissyaratkan lebih
banyak stabilitas dan rutinitas daripada yang seharusnya. Kaum objektivis,
begitu kata mereka, cenderung mereduksi perilaku manusia menjadi sederhana dan
mendasar. Kaum objektivis mengawali dengan suatu “Dunia” nyata yang diasumsikan
rumit dan berusaha mereduksinya menjadi bagian-bagian yang dibuat dapat
dipahami melalui penelaah hubungan kasual. Kaum subjektivis tertarik pada
gagsan yang rumit mengenai “pembentukan dunia” dan pengaruh yang ditimbulkan
proses tersebut atas organisasi (Smircich, 1985). Bagi kaum subjektivis,
organisasi yang dibuat dapat dipahami dengan menemukan bagaimana kehidipan
organisasi diciptakan para anggotanya.
BAB
II
Sifat
Komunikasi Organisasi
Memperbaiki
komunikasi organisasi berarti memperbaiki organisasi. Pandangan tersebut
menyarankan hal-hal berikut:
1. Terdapat
unsur-unsur universal yang membentuk suatu oragnisasi ideal.
2. Unsure-unsur
universal ini ditemukan dan digunakan untuk mengubah suatu organisasi
3. Unsur-unsur
ini dan cara unsur-unsur ini digunakan menyebabkan atau setidaknya memproduksi
hasil
4. Organisasi
yang berfungsi baik mengandung campuran yang pas dan menggunakan unsure-unsur
ini.
5. Unsur-unsur
ini berkaitan dengan hasil organisasi yang diharapkan
6. Komunikasi
adalah suatu dara unsur-unsur organisasi.
Suatu
organisasi dapat juga didekati sebagai suatu objek studi. Sebagian orang
menganggap organisasi suatu subjek yang menyenangkan dan menarik. Organisasi
juga dikaji karena dianggap menindas. Seorang humanis radikal mungkin tertarik
pada bagaimana manusia menciptakan penjara mereka sendiri dalam organisasi.
Komunikasi organisasi lebih daripada sekedar apa yang dilakukan orang-orang.
Komunikasi orgaisasi adalah suatu disiplin studi yang dapat mengambil sejumlah
arah yang sah dan bermanfaat.
Definisi
Komunikasi
Dance
dan Larson (1976) telah mengumpulkan 126 definisi komunikasi yang berlainan,
namun tidaklah praktis ataupun kemungkinan membahas semua definisi tersebut.
Pertanyaan yang akan kita bahas saat ini menyangkut bagaimana kita harus
membedakan komunikasi dari bentuk lain perilaku dalam suatu organisasi. Bila
kita melihat apa yang terjadi ketika seseorang terlibat dalam komunikasi, kita
menemukan bahwa terdapat dua bentuk umum tindakan yang terjadi:
1. Penciptaan pesan atau, lebih tepatnya penciptaan pertunjukan (display) dan
2. Penafsiran pesan atau penafsiran pertunjukan.
1. Penciptaan pesan atau, lebih tepatnya penciptaan pertunjukan (display) dan
2. Penafsiran pesan atau penafsiran pertunjukan.
Pertunjukan
Pesan
Menunjukan
( to display) berarti bahwa anda membawa sesuatu untuk diperhatikan seseorang
atau orang lain. Random house dictionary
of the English language(1987) menyatakan “to display” secara harfiah
berarti “menyebarkan sesuatu sehingga sesuatu tersebut dapat terihat secara
lengkap dan menyenangkan”. Ketika anda menciptakan suatu pertunjukan pesan,
anda terlibat dalam suatu aspek komunikasi mengundang perhatian atas sesuatu.
Ada suatu aksioma komunikasi yang berbunyi “seorang tidak dapat tidak
berkomunikasi ( a person cannot not
communication)” (smith & Williamson, 1977, hlm. 61).
Penafsiran
Pesan
Menurut
Random House Dictionary, menafsirkan (to interpret) berarti menguraikan atau
memahami sesuatu dengan suatu cara tertentu. Komunikasi dapat dibedakan dengan
semua perilaku manusia dan organisasi lainnya karena ia melibatkan proses
mental memahami orang, objek, dan peristiwa, yang kita sebut pertunjukan
pesan.apa yang ada dalam pikiran anda tidaklah menjadi soal bagaimana orang
lain menafsirkan apa yang anda lakukan atau katakana adalah apa yang
mempengaruhi perasaan dan tindakannya.
Informasi
Sebagai Pertunjukan-Pesan
Para
penulis lazim mendefinisikan komuniksi sebagai pemindahan (transfer) (luthans,
1973) atau pertukaran (exchange) (katz & kahn, 1966) informasi. Informasi
adalah suatu istilah untuk merujuk kepada apa yang kita sebut pertunjukan-pesan
dan sering digunakan untuk merujuk kepada nilai keuntungan dan kerugian,
evaluasi kinerja, dan pendapat pribadi yang dinyatakan dalam surat dan memo,
laporan teknis, dan data.
Kesalahkaprahan
Mengenai Pemindahan Makna
Realitas komunikasi menyarankan bahwa orang
menafsirkan pertunjukan dan menciptakan makna. Makna tidak terkandung dalam
pertunjukan atau peristiwa atau kata (lee & lee,1957). Namun sebagaimana
yang dinyatakan suatu prinsip komunikasi: “makna ada pada orang-orang, bukan
pada kata-kata”. Ketika mereka menganggap bahwa makna terdapat dalam
pertunjukan, mereka melestarikan salah satu kesalahkaprahan besar dalam
komunikasi.
Kesalahkaprahan-kesalahkaprahan utama dalam berkomunikasi adalah asumsi-asumsi bahwa (1) makna terdapat dalam informasi atau pesan, dan (2) makna dapat dipindahkan dari seseorang kepada orang lain. agar suatu pertunjukan pesan atau informasi bermakna, seseorang harus menafsirkannya sebagai menggambarkan sesuatu yang lainny-yakni pertunjukan tersebut mempunyai fungsi simbolik. Kontak yang dijalin orang-orang antara yang satu dengan yang lainnya dan penafsiran yang mereka berikan kepada perilaku, objek, dan peristiwa, baik yang ada ataupun yang tidak ada dalam lingkungan terdekat, merupakan inti dari sistem komunikasi organisasi.
Kesalahkaprahan-kesalahkaprahan utama dalam berkomunikasi adalah asumsi-asumsi bahwa (1) makna terdapat dalam informasi atau pesan, dan (2) makna dapat dipindahkan dari seseorang kepada orang lain. agar suatu pertunjukan pesan atau informasi bermakna, seseorang harus menafsirkannya sebagai menggambarkan sesuatu yang lainny-yakni pertunjukan tersebut mempunyai fungsi simbolik. Kontak yang dijalin orang-orang antara yang satu dengan yang lainnya dan penafsiran yang mereka berikan kepada perilaku, objek, dan peristiwa, baik yang ada ataupun yang tidak ada dalam lingkungan terdekat, merupakan inti dari sistem komunikasi organisasi.
Unit
Komunikasi
Suatu sistem didefinisikan oleh pool
(1973) sebagai “setiap entitas berkelanjutan yang mampu berada dalam dua
keadaan atau lebih” (hlm.3). dalam suatu sistem komunikasi, keadaan itu adalah
hubungan antara orang-orang. Dalam suatu sistem komunikasi organisasi keadaan
tersebut adalah hubungan orang-orang dalam jabatan-jabatan (posisi-posisi).
Unit mendasar komunikasi organisasi adalah seseorang dalam suatu jabatan.
Definisi
Fungsional Komunikasi Organisasi
Komunikasi organisasi dapat didefinisikan
sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi yang
merupakan bagian dari suatu orgaisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari
unit-unit komunikasi dalam hubungan-hubungan hierarkis antara yang satu dengan
lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan. Omunikasi organisasi terjadi
kapanpun setidak-tidaknya satu orang yang menduduki suatu jabatan dalam suatu
organisasi menafsirkan suatu pertunjukan.
Definisi
Interpretif Komunikasi Organisasi
Definisi tradisional (fungsional dan
objektif) komunikasi organisasi cenderung menekankan kegiatan penanganan pesan
yang terkandung dalam satu “batas organisasi” (organizational boundary).
Komunikasi organisasi adalah “perilaku pengorganisasian” yang terjadi dan
bagaimana mereka yang terlibat dalam prose situ bertransaksi dan member makna
atas apa yang sedang terjadi. Lebih jelasnya, komunikasi organisasi adalah
proses pencipta makna atas interaksi yang menciptakan, memelihara, dan mengubah
organisasi.
Peringatan
Seorang Subjektivis
Sifat terpenting komuikasi
organisasi adalah penciptaan pesan, penafsiran, dan penanganan kegiatan anggota
organisasi. Fungsi-fungsi komunikasi lebih khusus meliputi pesan-pesan mengenai
pekerjaan, pemeliharaan, motivasi, integrasi, dan inovasi (Farace, Monge, &
Russel,1977, hlm. 56-57). Komunikasi mendukung struktur organisasi dan
adaptasinya dengan lingkungan. (Smircich,1985, hlm. 67), maka komunikasi adalah
penting bagi eksistensi organisasi dan berperan lebih banyak daripada sekedar
melaksanakan rencana-rencana organisasi. Dalam beberapa rencana, komunikasi
diterorisasikan untuk member pandangan atas perilaku organisasi yang penting
(misalnya adaptasi).
BAB
III
Teori
Struktural Klasik
Organisasi
Sosial
Istilah organisasi social merujuk
kepada pola-pola interaksi social (frekuensi dan lamanya kontak antara
orang-orang kecenderungan mengawali kontak arah pengaruh antara orang-orang
derajat kerjasama,perasaan, tertarik, hormat, dan permusuhan dan perbedaan
status). Dan regulitas yang teramati dan perilaku social orang-orang yang
disebabkan oleh situasi social mereka alih-alih oleh karakteristik fisiologis
atau psikologis mereka sebagai individu. Jaringan hubungan dan kepercayaan
bersama suatu kelompok biasanya disebut strukturnya dan budayanya. Hubungan-hubungan
berfungsi mengorganisasikan perilaku manusi dalam suatu organisasi.
Berlo (1960) menyarankan bahwa komuikasi berhubungan dengan organisasi social melalui tiga cara :
pertama, sistem social dihasilkan lewat komunikasi.
kedua, bila suatu sistem social telah berkembang, ia menentukan komunikasi anggota-anggotanya. Sistem social mempengaruhi bagaimana, ke, dan dari siapa, dan dengan engaruh bagaiamana komunikasi terjadi di antara anggota-anggota sistem.
ketiga, pengetahuan mengenai suatu sistem social dapat membantu kita membuat prediksi yang akurat mengenai orang-orang tanpa mengetahui lebih banyak daripada peranan-peranan yang mereka duduki dalam sistem. Suatu peranan merujuk kepada seperangkat perilaku dan suatu jabatan tertentu dalam suatu sistem social.
Berlo (1960) menyarankan bahwa komuikasi berhubungan dengan organisasi social melalui tiga cara :
pertama, sistem social dihasilkan lewat komunikasi.
kedua, bila suatu sistem social telah berkembang, ia menentukan komunikasi anggota-anggotanya. Sistem social mempengaruhi bagaimana, ke, dan dari siapa, dan dengan engaruh bagaiamana komunikasi terjadi di antara anggota-anggota sistem.
ketiga, pengetahuan mengenai suatu sistem social dapat membantu kita membuat prediksi yang akurat mengenai orang-orang tanpa mengetahui lebih banyak daripada peranan-peranan yang mereka duduki dalam sistem. Suatu peranan merujuk kepada seperangkat perilaku dan suatu jabatan tertentu dalam suatu sistem social.
Organisasi
Formal
Berbeda dengan organisasi social
yang muncul manakala orang-orang berasosiasi antara yang satu dengan yang
lainny, terdapat organissi-organisasi yang didirikan dengan sengaja untuk
tujuan tujuan tertentu. Bisnis misalnya, dibentuk untuk menghasilkan
barang-barang yang dpaat dijual, serikat kerja (union) diorganisasikan untuk memperkuat kekuasaan mereka dalam
tawar menawar (bargaining power)
dengan para majikan, badan-badan pemerintah, dibentuk untuk mengatur keuangan.
Istilah organisasi formal digunakan untuk menanamkan jenis-jenis sistem
tersebut.
Kita akan membahas cirri-ciri khas organisasi formal yang secara popular disebut birokrasi untuk memahami cirri-ciri penting sistem yang formal. Untuk memperoleh suatu prespektif yang mengenai analisis Max Weber mengenai birokrasi atau organisasi formal, kita perlu menyadari bahwa ia mengembangkan teori tentang organisasi sebagai suatu tipe ideal.
Kita akan membahas cirri-ciri khas organisasi formal yang secara popular disebut birokrasi untuk memahami cirri-ciri penting sistem yang formal. Untuk memperoleh suatu prespektif yang mengenai analisis Max Weber mengenai birokrasi atau organisasi formal, kita perlu menyadari bahwa ia mengembangkan teori tentang organisasi sebagai suatu tipe ideal.
Karakteristik
Birokrasi Weberian
Organisasi-organisasi
modern, juga sebagaian organisasi kuno, di organisasikan berdasarkan teori
weber mengenai organisasi formal. Meskipun demikian, teori weber telah dikritik
dan diperbaiki, yang menghasilkan konsep lebih canggih tentang fungsi
organisasi. Apakah cirri-ciri suatu organisasi terbirokratiskan yang ideal?
Analisis atas karya weber memberikan sepuluh cirri berikut:
1. Suatu organisasi terdiri dari hubungan-hubungan yang ditetapkan antara jabatan-jabatan.
2. Tujuan atau rencana organisasi terbagi ke dalam tugas-tugas, tugas-tugas organisasi disalurkan diantara berbagai jabatan sebagai kewajiban resmi.
3.kewenangan untuk melaksanakan kewajiban diberikan kepada jabatan. Yakni, satu-satunya saat bahwa sesorang diberi kewenangan untuk melakukan tugas-tugas jabatan adalah ketika ia secara sah menduduki jabatannya.
4. Garis-garis kewenangan dan jabatan diatur menurut suatu tatanan hierarkis.
5. Suatu sistem aturan dan regulasi yang umum tetapi tegas, yang ditetapkan secara formal, mengatur tindakan-tindakan dan fungsi-fungsi jabatan dalam organisasi.
6. Prosedur dalam organisasi bersifat formal dan impersonal. Yakni, peraturan-peraturan oraganisasi beralku bagi setiap orang.
7. Suatu sikap dan prosedur untuk menerapkan suatu sistem disiplin merupakan bagian dari organisasi.
8. Anggota oragnisasi harus memisahkan kehidupan pribadi dengan kehidupan organisasi.
9. Pegawai dipilih untuk bekerja dalam organisasi berdasarkan kualifikasi teknis, alih-alih koneksi politis, koneksi keluarga, atau koneksi lainnya.
10. Meskipun pekerjaan dalam birokrasi berdasarkan kecakapan teknis, kenaikan jabatan berdasarkan senioritas dan prestasi kerja.
1. Suatu organisasi terdiri dari hubungan-hubungan yang ditetapkan antara jabatan-jabatan.
2. Tujuan atau rencana organisasi terbagi ke dalam tugas-tugas, tugas-tugas organisasi disalurkan diantara berbagai jabatan sebagai kewajiban resmi.
3.kewenangan untuk melaksanakan kewajiban diberikan kepada jabatan. Yakni, satu-satunya saat bahwa sesorang diberi kewenangan untuk melakukan tugas-tugas jabatan adalah ketika ia secara sah menduduki jabatannya.
4. Garis-garis kewenangan dan jabatan diatur menurut suatu tatanan hierarkis.
5. Suatu sistem aturan dan regulasi yang umum tetapi tegas, yang ditetapkan secara formal, mengatur tindakan-tindakan dan fungsi-fungsi jabatan dalam organisasi.
6. Prosedur dalam organisasi bersifat formal dan impersonal. Yakni, peraturan-peraturan oraganisasi beralku bagi setiap orang.
7. Suatu sikap dan prosedur untuk menerapkan suatu sistem disiplin merupakan bagian dari organisasi.
8. Anggota oragnisasi harus memisahkan kehidupan pribadi dengan kehidupan organisasi.
9. Pegawai dipilih untuk bekerja dalam organisasi berdasarkan kualifikasi teknis, alih-alih koneksi politis, koneksi keluarga, atau koneksi lainnya.
10. Meskipun pekerjaan dalam birokrasi berdasarkan kecakapan teknis, kenaikan jabatan berdasarkan senioritas dan prestasi kerja.
Komunikasi
Jabatan Dan Hubungan Informal
Ciri-ciri
suatu organisasi formal berkaitan dengan
suatu fenomena yang disebut komunikasi jabatan (posisitional communication) (redfield,1953). Hubungan dibentuk
antara jabatan-jabatan, bukan atara orang-orang. Keseluruhan organisasi terdiri
dari jaringan. Hubungan anatra jabatan A dan jabatan B tidak terpisahkan dari
jabatan Andrew dan jabatan Zebe.
Meskipun analisis Weber tentang teori organisasi dapat menguraikan banyak organisasi yang beroprasi dewasa ini, sejumlah pemikiran dan teori lain memberikan sumbangan untuk memahami cara kerja organisasi dan khususnya komunikasi organisasi. Terkadang para penulis membuat sedikit perbedaan antara teori pengelolaan (managing) dan teori pengorganisasian (organizing) karena kedua teori itu sering sangat mirip, tetapi terkadang berbeda.
Meskipun analisis Weber tentang teori organisasi dapat menguraikan banyak organisasi yang beroprasi dewasa ini, sejumlah pemikiran dan teori lain memberikan sumbangan untuk memahami cara kerja organisasi dan khususnya komunikasi organisasi. Terkadang para penulis membuat sedikit perbedaan antara teori pengelolaan (managing) dan teori pengorganisasian (organizing) karena kedua teori itu sering sangat mirip, tetapi terkadang berbeda.
Manajemen
Ilmiah Taylor
Teori Weber mengenai birokrasi
berfokus terutama pada pengorganisasian, teori itu dianggap sebagai pernyataan
terpenting tentang organisasi formal, namun mungkin juga benar bahwa semua
teori organisasi pada dasarnya adalah teori pengelolaan. Pendekatan Taylor
terhadap manajemen dilakukan sekitar empat unsure kunci : pembagian kerja,
proses skalar dan fungsional, struktur, dan rentang kekuasaan. Menggunakan
analisis Sofer(1972), kita akan membahas keempat pokok tersebut secara ringkas.
Pembagian
Kerja
Pembagian kerja menyangkut bagaiman
tugas, kewajiban dan pekerjaan organisasi di distribusikan. Dalam pengertian
birokratik, kewajiban perusahaan secara sistematis dibebankan kepada
jabatan-jabatan dalam suatu tatanan spesialisasi yang menurun. Taylor menyatakan
bahwa pekerja harus dibebaskan dari tugas perencanaan dan kegiatan tata usaha.
Parkison(1957) merumuskan sejumlah prinsip yang membantu menjelaskan bagaimana
orang-orang dalam organisasi memanipulasi unsure ini. Parkison menelaah
Angkatan Laut Inggris dan menyimpulkan bahwa “pekerjaan bertambah untuk mengisi
waktu yang tersedia bagi penyelesaiannya”. Ia menyebut pernytaan itu hokum
parkison (parkison’s law).
Proses
Skalar dan Fungsional
Proses skalar dan fungsional
berkaitan dengan pertumbuhan vertical dan horizontal organisasi. Proses skalar
menunjukan rantai perintah atau dimensi vertical organisasi. Pembagian kerja
dalam tugas-tugas yang lebih khusus dan pembentukan kembali bagian-bagian lebih
khusus menjadi unit-unit yang sesuai adalah hal-hal yang berkaitan dengan
proses-proses fungsional dan ekspansi horizontal organisasi.
Struktur
Struktur berkaitan dengan
hubungan-hubungan logis antara berbagai fungsi dalam organisasi. Teori-teori
klasik berfokus pada dua struktur dasar yang disebut Lini dan Staf. Lini, nilai
dasar yang membedakan lini dan staf terletak pada wilayah pembuatan kepustusan.
Istilah Lini berarti bahwa kewenangan terakhir terletak pada jabatan-jabatan
dalam struktur itu.
Staf tenaga staf secara tradisional memberi nasihat dan jasa untuk membantu lini. Lini mempunyai otoritas komando. Staf memberikan nasihat dan melakukan persuasi dalam bentuk usulan-usulan, namun tidak mempunyai kewenangan untuk memberikan perintah kepada manajer lini untuk mengikuti usulan-usulan tersebut. Bila usulan sesorang ahli dari staf diterima oleh atasan lininya, ususlan itu disebarkan atas kewenangan manajer lini, bukan atas kewenangan spesialis staf.
Terdapat berbagai bentuk struktur organisasi, namun pada dasarnya terbagi dua : struktur tinggi atau vertical dan struktur datar atau horizontal. Tingginya atau datarnya suatu organisasi ditentukan oleh perbedaan dalam jumlah tingkatan kewenangan dan variasi dalam rentang pengawasan (spam of control) pada setiap tingkat.
Staf tenaga staf secara tradisional memberi nasihat dan jasa untuk membantu lini. Lini mempunyai otoritas komando. Staf memberikan nasihat dan melakukan persuasi dalam bentuk usulan-usulan, namun tidak mempunyai kewenangan untuk memberikan perintah kepada manajer lini untuk mengikuti usulan-usulan tersebut. Bila usulan sesorang ahli dari staf diterima oleh atasan lininya, ususlan itu disebarkan atas kewenangan manajer lini, bukan atas kewenangan spesialis staf.
Terdapat berbagai bentuk struktur organisasi, namun pada dasarnya terbagi dua : struktur tinggi atau vertical dan struktur datar atau horizontal. Tingginya atau datarnya suatu organisasi ditentukan oleh perbedaan dalam jumlah tingkatan kewenangan dan variasi dalam rentang pengawasan (spam of control) pada setiap tingkat.
Rentang
Pengawasan
Rentang pengawasan
(spam of control) menunjukan bahwa jumlah bawahan yang berada di bawah
pengawasan seorang atasan. Meskipun sering dinyatakan bahwa jumlah bawahan yang
dapat diawasi oleh seorang manajer adalah lima atau enam orang, dalam praktik
rentang pengawasan tersebut bervariasi. Contohnya dalam suatu perusahaan dagang
eceran yang memiliki empat tingkat kewenangan antara presiden perusahaan dan
penyelia lini pertama, seorang manajer membawahi 20 atau 30 penyelia.
BAB
IV
Teori
Transisional
Teori
Perilaku
Teori
Kewenangan-Kewenangan Chester Bernard
Sejak
Bernard (1938) mempublikasikan The
Function Of the Executive-nya, pikiran-pikiran baru muncul. Ia menyatakan
bahwa organisasi adalah sistem orang, bukan struktur yang direkayasa secara
mekanis. Suatu struktur yang mekanis yang jelas dan baik tidaklah cukup.
Bernard menyatakan bahwa eksistensi suatu organisasi (sebagai suatu sistem
kerjasama) bergantung kepada kemampuan manusia untuk berkomunikasi dan kemauan
untuk bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan yang sama pula.
Bernard juga menyatakan bahwa kewenangan merupakan suatu fungsi kemauan untuk bekerja sama. Ia menyebutka empat syarata yang harus dipenuhi sebelum seseorang menerima suatu pesan bersifat otoritatif:
1. Orang tersebut memahami pesan yang dimaksud.
2. Orang tersebut percaya bahwa pesan tersebut tidak bertentangan dengan tujuan organisasi.
3. Orang tersebutr percaya, pada saat ia memutuskan untuk bekerja sama, bahwa pesan yang dimaksud sesuai dengan minatnya.
4. Orang tersebut memiliki kemampuan fisik dan mental untuk melaksanakan pesan.
Suatu contoh penolakan komunikasi kewenangan total terjadi pada masa perang Rusia-Jepang (1904-1905). Kapal laut Rusia Potemkin, menurut suatu laporan sedang melakukan manuverdi Laut HItam. Sakit hati para pelaut terhadap para atasannya mereka yang tadinya biasa saja menjadi berlipat ganda dengan adanya kebijakan disiplin yang keras. Barnard menyamakan kewenangan dengan komunikasi yang efektif. Penolakan suatu komunikasi sama dengan penolakan kewenangan komunikator.keputusan untuk tidak menerima kewenangan dan pesan seorang atasan karena tak menghasilkan keuntungan yang memadai, dapat menghasilkan kerugian seperti penghukuman, kerugian uang, atau pertentangan social. Terlepas dari kaitan yang erat antara kewenangan dan komunikasi, Barnard menganggap teknik-teknik komunikasi (tertulis dan lisan) penting untuk mencapai tujuan organisasi tetapi juga menganggap teknik-teknik tersebut sebagai sumber masalah organisasi.
Bernard juga menyatakan bahwa kewenangan merupakan suatu fungsi kemauan untuk bekerja sama. Ia menyebutka empat syarata yang harus dipenuhi sebelum seseorang menerima suatu pesan bersifat otoritatif:
1. Orang tersebut memahami pesan yang dimaksud.
2. Orang tersebut percaya bahwa pesan tersebut tidak bertentangan dengan tujuan organisasi.
3. Orang tersebutr percaya, pada saat ia memutuskan untuk bekerja sama, bahwa pesan yang dimaksud sesuai dengan minatnya.
4. Orang tersebut memiliki kemampuan fisik dan mental untuk melaksanakan pesan.
Suatu contoh penolakan komunikasi kewenangan total terjadi pada masa perang Rusia-Jepang (1904-1905). Kapal laut Rusia Potemkin, menurut suatu laporan sedang melakukan manuverdi Laut HItam. Sakit hati para pelaut terhadap para atasannya mereka yang tadinya biasa saja menjadi berlipat ganda dengan adanya kebijakan disiplin yang keras. Barnard menyamakan kewenangan dengan komunikasi yang efektif. Penolakan suatu komunikasi sama dengan penolakan kewenangan komunikator.keputusan untuk tidak menerima kewenangan dan pesan seorang atasan karena tak menghasilkan keuntungan yang memadai, dapat menghasilkan kerugian seperti penghukuman, kerugian uang, atau pertentangan social. Terlepas dari kaitan yang erat antara kewenangan dan komunikasi, Barnard menganggap teknik-teknik komunikasi (tertulis dan lisan) penting untuk mencapai tujuan organisasi tetapi juga menganggap teknik-teknik tersebut sebagai sumber masalah organisasi.
Teori
Hubungan Manusiawi Elton Mayo
Setahun setelah publikasi Barnard, Roethlisberger dan Dickson (1939) menerbitkan laporan mereka yang padat mengenai penelitian berskala besar yang membahas produktifitas dan hubungan-hubungan social di kompleks Hawthrone yang dimiliki Western Electric Company. Lalu, apa penemuan yang telah menimbulkan reaksi-reaksi berlainan dan terutama pujian atas karya Mayo itu? Hasil terpenting terjadi selama eksperimen penerangan lampu. Melalui suatu periode waktu penerangan di ruangan eksperimen ditambah tinggi intensitas yang menyilaukan dan kemudian dikurangi hingga tingkat dimana cahaya tidak ada.
Hasil eksperimen penerangan cahaya membangkitkan minat para peneliti, juga minat terhadap manajemen. Maka, dari tahun 1927 hingga 1929, sebuah tim peneliti terkemuka mengukur pengaruh dari berbagai kondisi kerja terhadap produktivitas pegawai. Dua kesimpulan yang berkembang dari studi Hawthrone tersebut sering disebut efek Hawthrone (the Howthrone effect); (1)perhatian tehadap orang-orang boleh jadi mengubah sikap dan perilaku mereka. (2) moral dan produktivitas dapat meningkat apabila para pegawai mempunyai kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain.
Mayo, kemudian (1945) menulis suatu ulasan mengenai minat para spesialis komunikasi terhadap analisis organisasi: saya percaya bahwa studi social harus dimulai dengan pengamatan yang teliti menegenai apa yang disebut komunikasi. Yakni, kemampuan seorang individu untuk menyatakan perasaan dan gagasannya kepada orang lain, kemudian kelompok untuk berkomunikasi secara efektif dan intim dengan kelompok lainnya. Itulah, tak diragukan lagi, kerusakan utama yang dialami peradaban manusia dewasa ini (hlm.21).
Setahun setelah publikasi Barnard, Roethlisberger dan Dickson (1939) menerbitkan laporan mereka yang padat mengenai penelitian berskala besar yang membahas produktifitas dan hubungan-hubungan social di kompleks Hawthrone yang dimiliki Western Electric Company. Lalu, apa penemuan yang telah menimbulkan reaksi-reaksi berlainan dan terutama pujian atas karya Mayo itu? Hasil terpenting terjadi selama eksperimen penerangan lampu. Melalui suatu periode waktu penerangan di ruangan eksperimen ditambah tinggi intensitas yang menyilaukan dan kemudian dikurangi hingga tingkat dimana cahaya tidak ada.
Hasil eksperimen penerangan cahaya membangkitkan minat para peneliti, juga minat terhadap manajemen. Maka, dari tahun 1927 hingga 1929, sebuah tim peneliti terkemuka mengukur pengaruh dari berbagai kondisi kerja terhadap produktivitas pegawai. Dua kesimpulan yang berkembang dari studi Hawthrone tersebut sering disebut efek Hawthrone (the Howthrone effect); (1)perhatian tehadap orang-orang boleh jadi mengubah sikap dan perilaku mereka. (2) moral dan produktivitas dapat meningkat apabila para pegawai mempunyai kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain.
Mayo, kemudian (1945) menulis suatu ulasan mengenai minat para spesialis komunikasi terhadap analisis organisasi: saya percaya bahwa studi social harus dimulai dengan pengamatan yang teliti menegenai apa yang disebut komunikasi. Yakni, kemampuan seorang individu untuk menyatakan perasaan dan gagasannya kepada orang lain, kemudian kelompok untuk berkomunikasi secara efektif dan intim dengan kelompok lainnya. Itulah, tak diragukan lagi, kerusakan utama yang dialami peradaban manusia dewasa ini (hlm.21).
Teori
Fusi Bakke dan Argyris
Bakke
(1950) menyarankan suatu proses fusi.
Ia
berpendapat bahwa organisasi, hingga suatu tahap tertentu, mempengaruhi
individu, sementara pada saat yang sama individu pun mempengaruhi organisasi.
Hasilnya adalah suatu organisasi yang dipersonalisasikan oleh setiap individu
pegawai dan individu-individu yang disosialisasikan oleh organisasi. Agrys
(1957) seorang rekan Bakke di Universitas Yale, memperluas dan menyempurnakan
karya Bakke. Ia berpendapat bahwa ada suatu ketidaksesuaian yang mendasar
antara kebutuhan pegawai yang matang dengan persyaratan formal organisasi.
Organisasi mempunyai tujuan yang berlawanan dengan tujuan pegawai perseorangan.
Teori
Peneliti Lankert
Rensis
Linkert dari Universitas Michigan berjasa mengembangkan suatu model terkenal
dengan sebutan model peniti penyambung
(the linking pin model)
yang
menggambarkan struktur organisasi. Organisasi dengan struktur peniti penyambung
menggalakkan orientasi ke atas daripada orientasi ke bawah; komunikasi,
pengaruh pengawasan, dan pencapain tujuan diarahkan ke atas dalam organisasi.
Teori
Sistem
Scott
(1961) menyatakan bahwa “satu-satunya cara yang bermakna untuk mempelajari
organisasi adalah sebagai suatu sistem’ (hlm. 15). Ia mengemukakan bahwa
bagian-bagian penting organisasi sebagai sistem adalah individu dan kepribadian
setiap orang dalam organisasi; struktur formal, yang kita bahas di muka pola
interaksi yang informal, pola status dan peranan yang menimbulkan
pengharapan-pengharapan dan lingkungan fisik pekerjaan.
Konsep sistem berfokus pada pengaturan bagian-bagian, hubungan antara bagian-bagian, dan dinamika hubungan tersebut yang menumbuhkan kesatuan atau keseluruhan. Bahkan pada tingkat paling umum konsep sistem memungkinkan orang untuk memahami organisasi sebagai suatu keseluruhan yang lebih besar daripada jumlah bagian-bagiannya karena dinamikanya. Pemahaman atas konsep interdependensi ini merupakan bagian yang integral dari pendefinisian sistem dan teori sistem.
1. Nonsumativitas. Nonsumativitas menunjukan bahwa suatu sistem tidak sekedar jumlah bagian-bagiannya.
2. Unsur-unsur Struktur, fungsi, dan evolusi. Struktur merujuk kepada hubungan antar komponen suatu sistem. Hubungan atasan-bawahan, misalnya dapat dibedakan berdasarkan status, suatu unsure struktur. Struktur mencerminkan keteraturan.
3. Keterbukaan. Organisasi adalah sistem social. Batas-batasnya dapat ditembus, yang memungkinkan organissi berinteraksi dengan lingkungannya, sehingga meperoleh energy dan informasi.
4. Hierarki. Suatu sistem mungkin merupakan suatu suprasistem bagi sistem-sistem lainnya di dalamnya, juga merupakan suatu subsistem bagi suatu sistem yang lebih besar.
Bila suatu sistem social berhaenti berfungsi, ia tidak lagi mempunyai struktur yang dapat diidentifikasikan. Seabnya adalah karena sistem social merupakan struktur peristiwa alih-alih merupakan bagian-bagian fisik, dan tidak mempunyai struktur yang terpisah dari kegiatannya. Suatu sistem social, secara keseluruhan, terdiri atas manusia-manusia. Ia tidak sempurna, namun kesinambungan hubungan manusianya begitu baik. Katz dan Kahn menerangkan bahwa kebanyakan interaksi kita dengan orang merupakan tindakan komunikatif (verbal dan non verbal, berbicara dan diam). Mereka menyatakan bahwa adalah mungkin untuk menggolongkan bentuk-bentuk interaksi social seperti “penggunaan pengaruh, kerja sama, penularan social, atau peniruan, dan kepemimpinan” ke dalam konsep komunikasi (hlm. 224).
Secara ringkas, Scott (1961) mengatakan bahwa “organisasi terdiri dari bagian-bagian yang berkomunikasi antara yang satu dengan yang lainnya, menerima pesan-pesan dari dunia luar, dan menyimpan informasi. Fungsi komunikasi bagian-bagian ini sekaligus merupakan konfigurasi yang menggambarkan sistem secara keseluruhan (hlm.18).
Konsep sistem berfokus pada pengaturan bagian-bagian, hubungan antara bagian-bagian, dan dinamika hubungan tersebut yang menumbuhkan kesatuan atau keseluruhan. Bahkan pada tingkat paling umum konsep sistem memungkinkan orang untuk memahami organisasi sebagai suatu keseluruhan yang lebih besar daripada jumlah bagian-bagiannya karena dinamikanya. Pemahaman atas konsep interdependensi ini merupakan bagian yang integral dari pendefinisian sistem dan teori sistem.
1. Nonsumativitas. Nonsumativitas menunjukan bahwa suatu sistem tidak sekedar jumlah bagian-bagiannya.
2. Unsur-unsur Struktur, fungsi, dan evolusi. Struktur merujuk kepada hubungan antar komponen suatu sistem. Hubungan atasan-bawahan, misalnya dapat dibedakan berdasarkan status, suatu unsure struktur. Struktur mencerminkan keteraturan.
3. Keterbukaan. Organisasi adalah sistem social. Batas-batasnya dapat ditembus, yang memungkinkan organissi berinteraksi dengan lingkungannya, sehingga meperoleh energy dan informasi.
4. Hierarki. Suatu sistem mungkin merupakan suatu suprasistem bagi sistem-sistem lainnya di dalamnya, juga merupakan suatu subsistem bagi suatu sistem yang lebih besar.
Bila suatu sistem social berhaenti berfungsi, ia tidak lagi mempunyai struktur yang dapat diidentifikasikan. Seabnya adalah karena sistem social merupakan struktur peristiwa alih-alih merupakan bagian-bagian fisik, dan tidak mempunyai struktur yang terpisah dari kegiatannya. Suatu sistem social, secara keseluruhan, terdiri atas manusia-manusia. Ia tidak sempurna, namun kesinambungan hubungan manusianya begitu baik. Katz dan Kahn menerangkan bahwa kebanyakan interaksi kita dengan orang merupakan tindakan komunikatif (verbal dan non verbal, berbicara dan diam). Mereka menyatakan bahwa adalah mungkin untuk menggolongkan bentuk-bentuk interaksi social seperti “penggunaan pengaruh, kerja sama, penularan social, atau peniruan, dan kepemimpinan” ke dalam konsep komunikasi (hlm. 224).
Secara ringkas, Scott (1961) mengatakan bahwa “organisasi terdiri dari bagian-bagian yang berkomunikasi antara yang satu dengan yang lainnya, menerima pesan-pesan dari dunia luar, dan menyimpan informasi. Fungsi komunikasi bagian-bagian ini sekaligus merupakan konfigurasi yang menggambarkan sistem secara keseluruhan (hlm.18).
Ad-hokrasi
dan Teori Buck Rogers
Organisasi
formal disinggung dalam analisis ini. Toffler menulis satu bab penuh untuk
membahas “organisasi: Ad-hokrasi yang akan dating”. Toffler melukiskannya sbb
“Apa yang kita lihat disini tidak kurang dari penciptaan suatu bagian yang
dapat dibuang..” (hlm. 133). Menurut Bennis (1966), struktur social birokrasi
baru akan bersifat temporer. Organisasi akan terdiri dari satuan-satuan tugas (task forces) yang diciptakan guna
mengatsi suatu problem.
Toffler meringkas cirri-ciri birokrasi baru yang disebut ad-hokrasi (ad-hocrasy), sebagai bergerak cepat, kaya dengan informasi, sangat aktif, selalu berubah terisi dengan unit-unt bersifat sementara dan individu-individu yang selalu bergerak. Para ad-hokrat menggunakan keahlian dan bakat mereka untuk memecahkan masalah dalam kelompok dan lingkungan temporer dalam organisasi, sejauh masalahnya menarik minat mereka.
Toffler member peringatan yang mungkin akan membawa kita kepada bab buku ini. Ia melihat bahwa “ad-hokrasi meambah adaptabilitas organisasi, tetapi ia menekankan adaptabilitas manusia’ (hlm. 150). Oragnisasi merupakan proyek merupakan padanan terdekat yang saat ini kita miliki untuk ad-hokrasi. Bahkan dewas ini kepustakaan teori organisasi penuh dengan uraian-uraian seperti; pola-pola matriks, organisasi proyek intermiks, organisasi proyek agregat, organisasi proyek individu dan staf, dan organisasi bentuk bebas. Teori Buck Rogers yang lazim dan kontemporer mengenai organisasi adlah matriks. Organisasi ini adalah suatu organisasi proyek yang berlapiskan organisasi fungsional yang lebih tradisional. Banyak orang berkesimpulan sesuai dengan spekulasi Toffler, bahwa organisasi matriks memperkecil loyalitas dan identifikasi kepada organisasi.
Naisbitt dan Aburdene (1985) berpendapat bahwa korporasi harus ditemukan kembali untuk memenuhi tuntutan masyarakat informasi baru, mereka menunjukkan bahwa pperusahaan-perusahaan seperti Scandinavian airlines system, W.L.Gore & Associates, Inc, dan New Hope Communication secara radikal telah melakukan restrukturisasi atas bagan-bagan mereka. Pancanowsky menyarankan bahwa Gore, Inc, mengembangkan suatu “budaya pemberdayaan” (Empowering culture) lewat enam aturan berikut:
1. Distribusikan kekuasaan dan peluang secara luas.
2. Pelihara suatu sistem komunikasi yang penuh, terbuka, dan terdesentralisasikan.
3. Gunakan metedo pemecahan masalah integrative.
4. Praktikan tantangan dalam suatu lingkungan yang berlandaskan kepercayaan.
5. Berikan ganjaran kepada dan hargailah orang-orang untuk mendorong etika kinerja yang tinggi dan tanggung jawab diri.
6. Bersikaplah bijaksana dengan hidup melalui dan belajar dari ambiguitas organisasi, inkonsistensi, kontradiksi, dan paradoks.
Toffler meringkas cirri-ciri birokrasi baru yang disebut ad-hokrasi (ad-hocrasy), sebagai bergerak cepat, kaya dengan informasi, sangat aktif, selalu berubah terisi dengan unit-unt bersifat sementara dan individu-individu yang selalu bergerak. Para ad-hokrat menggunakan keahlian dan bakat mereka untuk memecahkan masalah dalam kelompok dan lingkungan temporer dalam organisasi, sejauh masalahnya menarik minat mereka.
Toffler member peringatan yang mungkin akan membawa kita kepada bab buku ini. Ia melihat bahwa “ad-hokrasi meambah adaptabilitas organisasi, tetapi ia menekankan adaptabilitas manusia’ (hlm. 150). Oragnisasi merupakan proyek merupakan padanan terdekat yang saat ini kita miliki untuk ad-hokrasi. Bahkan dewas ini kepustakaan teori organisasi penuh dengan uraian-uraian seperti; pola-pola matriks, organisasi proyek intermiks, organisasi proyek agregat, organisasi proyek individu dan staf, dan organisasi bentuk bebas. Teori Buck Rogers yang lazim dan kontemporer mengenai organisasi adlah matriks. Organisasi ini adalah suatu organisasi proyek yang berlapiskan organisasi fungsional yang lebih tradisional. Banyak orang berkesimpulan sesuai dengan spekulasi Toffler, bahwa organisasi matriks memperkecil loyalitas dan identifikasi kepada organisasi.
Naisbitt dan Aburdene (1985) berpendapat bahwa korporasi harus ditemukan kembali untuk memenuhi tuntutan masyarakat informasi baru, mereka menunjukkan bahwa pperusahaan-perusahaan seperti Scandinavian airlines system, W.L.Gore & Associates, Inc, dan New Hope Communication secara radikal telah melakukan restrukturisasi atas bagan-bagan mereka. Pancanowsky menyarankan bahwa Gore, Inc, mengembangkan suatu “budaya pemberdayaan” (Empowering culture) lewat enam aturan berikut:
1. Distribusikan kekuasaan dan peluang secara luas.
2. Pelihara suatu sistem komunikasi yang penuh, terbuka, dan terdesentralisasikan.
3. Gunakan metedo pemecahan masalah integrative.
4. Praktikan tantangan dalam suatu lingkungan yang berlandaskan kepercayaan.
5. Berikan ganjaran kepada dan hargailah orang-orang untuk mendorong etika kinerja yang tinggi dan tanggung jawab diri.
6. Bersikaplah bijaksana dengan hidup melalui dan belajar dari ambiguitas organisasi, inkonsistensi, kontradiksi, dan paradoks.
BAB
V
TEORI
MUTAKHIR
Menuju
Subjektivisme
Kami
tidak berpendapat bahwa teori yang lebih subjektiv adalah teori yang “benar”,
namun kini berbagai posisi pada kontinum menjadi lebih diperhatikan. Sejumlah
teoritis berpendapat bahwa hal ini bukan sekedar sedikit modifikasi dari
teori-teori terdahulu, melainkan suatu revolusi paradigm (pandangan dunia)
(Lincoln, 1985). Sebagai awal dari analisi terperinci mengenai kedua pandangan
utama tersebut, kita akan menyipulkan secara singkat dimensi-dimensi pandangan
dunia yang sesuai, sehingga anda dapat melihat bagaimana penerapannya pada
teori organisasi. Seperti apakah organisasi tersebut dipandnag dari perspektif?
1. Organisasi dipandang lebih rumit, dan usaha-usaha untuk mereduksi organisasi menjadi unsure-unsur dan proses-proses yang sederhana dipertanyakan.
2. Gagasan mengenai suatu keteraturan hokum alamiah dan hokum social diganti dengan gagasan-gagasan mengenai banyak perangkat keteraturan dan interaksi di antara keteraturan-keteraturan tersebut.
3. Organisasi dipandang kurang menyerupai istilah mesin dan lebih mirip metafora holografuntuk menemukan dinamika organisasi yang rumit.
4. Organisasi dan keadaan masa depannya dipandang lebih sulit diperkirakan dan dikendalikan dibandingkan dengan yang dinyatakan model-model teoritis terdahulu.
5. Perilaku organissasi lebih cocok digambarkan dengan model sebab akibat yang rumit (complex casual model) daripada model yang menekankan hubungan sebab akibat yang sederhana.
6. Para pemerhati organisasi menunjukan peningkatan minat dalam memikirkan berbagai cara memandang perilaku organisasi, dan penjelasan tentang hokum dan contoh menjadi dasar bagi mereka yang memntingkan interprestasi dan kasus.
1. Organisasi dipandang lebih rumit, dan usaha-usaha untuk mereduksi organisasi menjadi unsure-unsur dan proses-proses yang sederhana dipertanyakan.
2. Gagasan mengenai suatu keteraturan hokum alamiah dan hokum social diganti dengan gagasan-gagasan mengenai banyak perangkat keteraturan dan interaksi di antara keteraturan-keteraturan tersebut.
3. Organisasi dipandang kurang menyerupai istilah mesin dan lebih mirip metafora holografuntuk menemukan dinamika organisasi yang rumit.
4. Organisasi dan keadaan masa depannya dipandang lebih sulit diperkirakan dan dikendalikan dibandingkan dengan yang dinyatakan model-model teoritis terdahulu.
5. Perilaku organissasi lebih cocok digambarkan dengan model sebab akibat yang rumit (complex casual model) daripada model yang menekankan hubungan sebab akibat yang sederhana.
6. Para pemerhati organisasi menunjukan peningkatan minat dalam memikirkan berbagai cara memandang perilaku organisasi, dan penjelasan tentang hokum dan contoh menjadi dasar bagi mereka yang memntingkan interprestasi dan kasus.
Teori
Weick Mengenai Pengorganisasian
Penelitian
Karl Weick provokatif dan besar pengaruhnya. Bebrapa inti penelitian Karl Weick
amat menarik perhatian Lundberg (1982). Tujuan kita adalah menggambarkan
aspek-aspek subjektif teori tersebut dan membahas beberapa implikasinya bagi
komunikasi organisasi.
Konsep
Organisasi
Weick
(1979) menyatakan bahwa “kata organisasi adalah kata benda, kata ini juga
merupakan suatu mitos. Bila anda mencari organisasi, anda tidak akan
menemukannya. Yang akan anda temukan adalah sejumlah peristiwa yang terjalin
bersama-sama, yang berlangsung dalam kawasan nyata; urutan-urutan peristiwa
tersebut, jalur-jalurnya, dan pengaturan temponya, merupakan bentuk-bentuk yang
seringkali kita nyatakan secara tidak tepat bila kita membicarakan organisasi”
(hlm. 88).
Ciri-Ciri
Penting Pengorganisasian
Peranan
orang-orang dan perilaku mereka dikemukakan dalam pembahasan teori perilaku dan
teori sistem. Meskipun demikian, pendekatan-pendekatan tersebut mengamati
bagaimana orang-orang dan perilaku mereka dalam menangani organisasi. Rumusan
Weick menyatakan bahwa struktur ditandai oleh perilaku pengorganisasian. Umat
manusia menghadapi lingkungan yang rumit dan seringkali tidak menentu, yang
menurut Weick dijadikan alasan untuk pengorganisasian. Menurut konsep Weick,
suatu sistem jelas bersifat manusiawi. Manusia tidak hanya menjalankan
organisasi, manusia merupakan organisasi tersebut.
Apakah yang termasuk dalam pengorganisasian? Weick (1979) mendefinisikan pegorganisasian “sebagai suatu gramatika yang disahkan secara mufakat untuk mengurangi ketidakjelasan dengan menggunakan perilaku-perilaku bijaksana yang saling bertautan” (hlm.3). fase perilaku bijaksana yang saling bertautan dalam definisi Weick mewakili gagasan kunci yang melekat dalam cara pandang yang subjektif. Arti bijaksana atau “nyata” bergantung pada keabsahan secara mufakat (persetujuan dan bukti-bukti penguat) diantara para anggota organisasi. Satuan penting dalam analisis Weick adalah interaksi ganda (double interact) dalam hal ini A berkomunikasi dengan B, B member respon pada A, dan A membuat beberapa penyesuaian atau memberi respon pada B. semakin banyak ketidakpastian yang dihadapi suatu organisasi, semakin besar kebutuhan untuk menggunakan siklus-siklus komunikasi.
Apakah yang termasuk dalam pengorganisasian? Weick (1979) mendefinisikan pegorganisasian “sebagai suatu gramatika yang disahkan secara mufakat untuk mengurangi ketidakjelasan dengan menggunakan perilaku-perilaku bijaksana yang saling bertautan” (hlm.3). fase perilaku bijaksana yang saling bertautan dalam definisi Weick mewakili gagasan kunci yang melekat dalam cara pandang yang subjektif. Arti bijaksana atau “nyata” bergantung pada keabsahan secara mufakat (persetujuan dan bukti-bukti penguat) diantara para anggota organisasi. Satuan penting dalam analisis Weick adalah interaksi ganda (double interact) dalam hal ini A berkomunikasi dengan B, B member respon pada A, dan A membuat beberapa penyesuaian atau memberi respon pada B. semakin banyak ketidakpastian yang dihadapi suatu organisasi, semakin besar kebutuhan untuk menggunakan siklus-siklus komunikasi.
Proses
Pengorganisasian
Ada
tiga tahap utama dalam proses pengorganisasian. Weick (1979) menyebutkan tiga
tahap ini secara khusus sebagai “pemeranan (menhimpun sesuatu bagian dari
sejumlah pengalaman untuk diperhatikan lebih lanjut), seleksi (memasukkan
seperangkat penafsiran ke dalam bagian yang dihimpun) dan retensi (penyimpanan
segmen-segmen yang sudah diinterprestasikan untuk pemakaian pada msa
mendatang)” (hlm. 45).
Tahap pemeranan (enactement) secara sederhana berarti bahwa para anggota organisasi menciptakan ulang lingkungan mereka dengan menentukan dan merundingkan makna khusus bagi suatu peristiwa. Strategi-strategi yang berhasil menjadi peraturan yang dapat diterapkan pada masa mendatang.
Tahap pemeranan (enactement) secara sederhana berarti bahwa para anggota organisasi menciptakan ulang lingkungan mereka dengan menentukan dan merundingkan makna khusus bagi suatu peristiwa. Strategi-strategi yang berhasil menjadi peraturan yang dapat diterapkan pada masa mendatang.
Sifat
Organisasi/Manusia
Weick
mengemukakan gagasan sistem rangkaian
longgar (loosly coupled system). Kadang-kadang digunakan suatu analogi
untuk menggambarkan rangkaian longgra yaitu dengan menggunakan satu set kartu
domino. Bila kartu-kartu domino ini diletakkan tegak berturut turut pada
interval-interval yang berarturan dan pada sebuah garis lurus, suatu dorongan
(sebuah peristiwa) di awal garis ini akan mengakibatkan semua kartu domino
runtuh.
Weick menegaskan bahwa “organisasi berbicara pada diri mereka dengan tujuan menjernihkan lingkungan mereka dan mempelajarinya lebih jauh lagi..... organisasi memeriksa ulang langkah-langkah awal mereka yang semula dibuat sebagai pengantar agar dapat dipahami. Organisasi berbicara dengan tujuan menemukan apa yang mereka katakana, bertindak secara teratur agar mengetahui apa yang sedang mereka kerjakan” (hlm. 282).
Weick menegaskan bahwa “organisasi berbicara pada diri mereka dengan tujuan menjernihkan lingkungan mereka dan mempelajarinya lebih jauh lagi..... organisasi memeriksa ulang langkah-langkah awal mereka yang semula dibuat sebagai pengantar agar dapat dipahami. Organisasi berbicara dengan tujuan menemukan apa yang mereka katakana, bertindak secara teratur agar mengetahui apa yang sedang mereka kerjakan” (hlm. 282).
Implikasi-Implikasi
Bagi Komunikasi Organisasi
Smircich
(1983) menerapkan konsep “lingkungan yang diciptakan” kepada manajemen dengan
menjelaskan bahwa “para manejer harus
memperhatikan kegiatan yang mereka lakukan dan yang tidak mereka
lakukan, bukan memperhatikan lingkungan untuk menjelaskan situasi mereka.
Lingkungan seringkali menjadi kambing hitam-sasran empuk untuk menumpahkan dan
melepaskan tanggung jawab” (hlm. 230).
Teori Weick mengenai pengorganisasian menentang cara berpikir yang diterima apa adanya dan memungkinkan kita untuk melihat pentingnya pandnagan subjektif tentang dunia. Pandangan alternative ini membari kita wawasan tentang perilaku manusia dan komunikasi.
Teori Weick mengenai pengorganisasian menentang cara berpikir yang diterima apa adanya dan memungkinkan kita untuk melihat pentingnya pandnagan subjektif tentang dunia. Pandangan alternative ini membari kita wawasan tentang perilaku manusia dan komunikasi.
Teori
Kultural Organisasi
Budaya
dan Perubahannya ke Arah Subjektivisme
Pandangan
subjektif mengenai realitas dan sifat manusia disebut perspektif interpretif
(Morgan, 1980). Dari perspektif ini juga, banyak kemungkinan yang dapat
dikaitkan dengan metafora.bila suatu organisasi memilki suatu budaya dan
ketahanannya bergantung pada kemampuannya untuk berubah, maka pertanyaan
mengenai bagaimana mengubah budaya merupakan hal yang kritis.
Konsep
Budaya Oragnisasi
Bagaimana
budaya organisasi di definisikan?salah satu caranya adalah dengan menganggap
organisasi itu sebgai terbuat dari benda atau artifak-artifak budaya, kisah-kisah,
dan ritual. Proses interpretative (subjektif) melihat budaya organisasi sebagai
proses-proses pembentukan pemahaman yang membentuk realitas organisasi dan
dengan demikian member makna kepada keanggotaannya. Budaya bukan sekedar
sesuatu yang dimiliki organisasi, tetapi juga sesuatu yang merupakan organisasi
(proses,pemahaman) (Smircich).
Budaya
Organisasi Sebagai Pembentukan Pemahaman
Organisasi
adalah perilaku simbolik, dan eksisitensinya bergantung pada makna bersama dan
pada penafsiran yang diperoleh melalui interaksi manusia. Sifat-sifat penting
budaya seperti pembentukan pemahaman, dipusatkan pada makna bersama, perilaku
simbolik, interaksi dan perilaku yang dianggap semestinya.
Isu-Isu
Budaya Organisasi
Dalam
hal ini budaya dianggap sebagai variable kuat yang berpengaruh dalam kinerja
organisasi. Dalam arti pragmatic, mengerti proses-proses pemahaman dalam sebuah
organisasi adalah sekaligus mengerti dasar pengambilan keputusan dan
pengelolaan. Analisis budaya berguna dalam arti membantu kita mengerti apa yang
sedang terjadi dalam keadaan-keadaan khusus. Selain member pemikiran pragmatic,
analisis budaya member dimensi lain bagi pemahaman kita mengenai kehidupan
organisasi.
Implikasi-Implikasi
Bagi Kehidupan Organisasi
Cara
pesan diinterprestasikan bergantung pada konteks yang dibangun secara simbolik
dan dalam konteks inilah pesan tersebut muncul. Mereka yang terlibat dalam
kehidupan organisasi pasti harus mengenali dan berurusan dengan budaya
organisasi. Dilihat dari pandangan tradisional, suatu organisasi tertentu
mungkin tampak tidak rasional dan tidak terorganisasi, tetapi organisasi ini
mungkin telah membentuk suatu budaya yang bermanfaat bagi organisasinya.
BAB
VI
Komunikasi
Organisasi dan Motivasi
Efisiensi-X
dan Komunikasi
Misalnya,
kita memperkerjakan Sue untuk bekerja sebagai seorang asisiten staf bagi sebuah
tim yang terdiri dari enam pegawai. Ketika
ia mulai bekerja, ia harus segera mulai mengatur arsip, mengetik,
menyimpan data, dan menjadwalkan pertemuan. Telepon harus terus menerus
bordering, dan anggota anggota tim meminta jadwal dan bantuan untuk menemukan
bahan yang diperlukan. Pada akhir hari ketiga Sue tetap dikantor untuk menilai
bagaimana ia dapat mengatasi sedemikian banyak tuntutan kerja. Pagi berikutnya
Sue tiba dikantor sebelum pukul tujuh dan mengetik beberapa surat sebelum
pegawai lainnya mulai mampir dikantornya. Menjelang kantor tutup, ia masih
bekerja. Ia tiba lagi dikantor sekitar pukul tujuh ke esokan paginya.
Sue punya motivasi. Ia bersedia mencurakan energy fisik dan mentalnya untuk melakukan pekerjaannya. Pertanyaan yang telah lama menjadi teka-teki para manajer adalah “mengapa sebagian orang bekerja keras, sementara yang lainnya bekerja sedikit mungkin?”. Sue melakukan hal itu. Ia termotivasi. Motivasi berada pada dirinya. Tidak seorangpun yang memotivasi Sue. Ia memotivasi dirinya sendiri. Melalui proses penepatankerja, organissi membeli waktu pegawai, sementra pekerjaan efisien membutuhkan usaha yang terarah, yang tidak dibeli, setidaknya secara tidak langsung. Namun, ketika sebuah organisasi membeli waktu, tidak ada pertukaran waktu yang pasti antara waktu yang dibeli dan usaha yang dihabiskan untuk menghasilkan sesuatu.
Sue punya motivasi. Ia bersedia mencurakan energy fisik dan mentalnya untuk melakukan pekerjaannya. Pertanyaan yang telah lama menjadi teka-teki para manajer adalah “mengapa sebagian orang bekerja keras, sementara yang lainnya bekerja sedikit mungkin?”. Sue melakukan hal itu. Ia termotivasi. Motivasi berada pada dirinya. Tidak seorangpun yang memotivasi Sue. Ia memotivasi dirinya sendiri. Melalui proses penepatankerja, organissi membeli waktu pegawai, sementra pekerjaan efisien membutuhkan usaha yang terarah, yang tidak dibeli, setidaknya secara tidak langsung. Namun, ketika sebuah organisasi membeli waktu, tidak ada pertukaran waktu yang pasti antara waktu yang dibeli dan usaha yang dihabiskan untuk menghasilkan sesuatu.
Perhatian
Terhadap Faktor-faktor Efisiensi-X
Permohonan
pegawai yang tampak sepele namun penting seperti meja untuk makan siang,
dipenuhi oleh manajemen. Salah satu perubahan besar adlah mengganti kebiasaan
untuk meminta perancang mengirimkan rencana mereka langsung ke bagian produksi
dimana produk dibuat.
Perbedaan
Antara Penyelia dan Pegawai Mengenai Apa Yang Memotivasi Pekerja
Meskipun
banyak yang telah ditulis mengenai motivasi, manajer sering mendasarkan
keputuan mereka mengenai motivasi pegawai pada informasi yang keliru mengenai
apa yang sebenarnya memotivasi pegawai. Sebagian perbedaan antara apa yang
dirasakan pegawai memotivasi pegawai dapat ditemukan dalam sikap dan nilai yang
berubah. Teori Vroom mengenai motivasi (expectancy theory of motivation) (1964)
dapat menjelaskan bahwa apa yang orang hargai dan apa yang ia harapkan dapat
mempengaruhi motivasi. Teori menganggap kekurangan kebutuhan sebagai kondisi
pendorong yang menimbulkan predisposisi tertentu untuk berperilaku. Semantara
suatu teori lain menganggap harapan dalam lingkungan sebagai menimbulkan
bentuk-bentuk tertentu tujuan dan tindakan yang mengikutinya.
Teori
Definisi motivasi
Teori
Hierarki
Maslow
(1943;1954) mengemukakan bahwa kebutuhan kita sendiri dari lima kategori:
fisiologis, keselamatan atau keamanan,, rasa memiliki, atau social,
penghargaan, dan aktualisasi diri. Meskipun demikian, suatu kebutuhan pada
urutan lebih rendah tidak perlu terpenuhi secara lengkap sebelum kebutuhan
berikutnya yang lebih tinggi menjadi aktif, seperti yang ditunjukkan oleh
garis-garis yang tumpang tindih dalam bentuk spiral. Ketika pekerja mampu
memuaskan semua kebutuhannya yang lebih rendah, apa yang dianggap terpenting
atau memuaskan adlaah keinginan untuk melakukan sesuatu yang berharga dan
terkabulnya keinginan tersebut.
Teori
ERG
Alderfer
(1972) mengemukakan tiga kategori kebutuhan. Tiga kategori kebutuhan tersebut
adalah existence (E) tau eksisitensi, relatedness (R) atau ketertarikan, dan
Growth (G) atau pertumbuhan. Ranah-ranah ketiga kebutuhan ini mirip dengan
ranah-ranah kebutuhan yang dikemukakan Maslow dan sebenarnya, meliputi seluruh
rentang kebutuhan seperti yang disarankan Maslow. Umumnya konsep kebutuhan ERG
ini merupakan penghalusan dari sistem Maslow, namun berbeda dalam dua aspek.
Pertama, meskipun urutan kebutuhan serupa, ide hierarki tidak dimasukkan.
Kedua, ia juga menegaskan bahwa meskipun suatu kebutuhan terpenuhi, kebutuhan
tersebut dapat berlangsung terus sebagai pengaruh kuat dalam keputusan.
Teori
Kesehatan Motivator
Herzberg
(1966) mencoba menentukan factor-faktor apa yang mempengaruhi motivasi dalam
organisasi. Ia menenmukan dua perangkat kegiatan yang memuaskan kebutuhan
manusia: kebutuhan yang berkaitan dengan kepuasan kerja dan kebutuhan yang disebut dengan ketidakpuasan kerja.
Faktor-faktor yang berkaitan dengan ketidakpuasan disebut factor pemeliharaan
atau kesehatan dan meliputi gaji, pengawasan, keamanan kerja, kondisi kerja,
addministrasi, kebijakan organisasi, dan hubungan antar pribadi dengan rekan
kerja, atasan, dan bawahan di tempat kerja.
Teori
Harapan dan Motivasi
Teori
Harapan
Teori
harapan memiliki tiga asumsi:
1. Setip individu percaya bahwa ia berperilaku dengan cara tertentu ia akan memperoleh hal tertentu.
2. Setiap hasil mempunyai nilai, atau daya tarik bagi orang tertentu.
3. Setiap hasil berkaitan dengan suatu presepsi mengenai beberapa sulit mencapai hasil tersebut.
Analisis Nadler dan Lawler (1976) atas teori harapan menyarankan beberapa cara tertentu yang memungkinkan manajer dan organisasi menangani urusan mereka untuk memperoleh motivasi maksimal dari pegawai:
1. Pastikan jenis hasil atau ganjaran yang mempunyai nilai bagi pegawai.
2. Definisikan secara cermat, dalam bentuk perilaku yang dapat diamati dan diukur, apa yang di inginkan dari pegawai.
3. Pastikan bahwa hasil tersebut dapat dicapai oleh pegawai.
4. Kaitkan hasil yang diinginkan dengan tingkat kinerja yang diinginkan.
5. Pastikan bahwa ganjaran cukup besar untuk memotivasi perilaku penting.
6. Orang berkinerja tinggi harus menerima lebih banyak ganjaran yang diinginkan daripada orang yang berkinerja rendah.
1. Setip individu percaya bahwa ia berperilaku dengan cara tertentu ia akan memperoleh hal tertentu.
2. Setiap hasil mempunyai nilai, atau daya tarik bagi orang tertentu.
3. Setiap hasil berkaitan dengan suatu presepsi mengenai beberapa sulit mencapai hasil tersebut.
Analisis Nadler dan Lawler (1976) atas teori harapan menyarankan beberapa cara tertentu yang memungkinkan manajer dan organisasi menangani urusan mereka untuk memperoleh motivasi maksimal dari pegawai:
1. Pastikan jenis hasil atau ganjaran yang mempunyai nilai bagi pegawai.
2. Definisikan secara cermat, dalam bentuk perilaku yang dapat diamati dan diukur, apa yang di inginkan dari pegawai.
3. Pastikan bahwa hasil tersebut dapat dicapai oleh pegawai.
4. Kaitkan hasil yang diinginkan dengan tingkat kinerja yang diinginkan.
5. Pastikan bahwa ganjaran cukup besar untuk memotivasi perilaku penting.
6. Orang berkinerja tinggi harus menerima lebih banyak ganjaran yang diinginkan daripada orang yang berkinerja rendah.
Teori
Presepsi Tentang Motivasi
Harapan
Orang-orang
yang mengalami suatu bentuk krisis pertengahan usia mengkaji ulang seberapa
jauh kesesuaian antara yang telah dicapai dengan yang ingin dicapai.
Hellriegel, Slocum, dan Woodman (1986) menyarankan bahwa kelelahan dainatara
pegawai professional berhungan dengan mempunyai harapan yang tidak realistic
mengenai pekerjaaan mereka dan kemmapuan mereka untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.
Pemenuhan
Fromm
(1955) menjelaskan, bahwa ketidakpuasan atas pekerjaan akan dipahami secara
memadai hanya dengan membedakan antara apa yang orang pikirkan secara sadar
mengenai kepuasan, dan apa yang mereka rasakan secara tidak sadar mengenai
kepuasan dengan pekerjaan. Kita harus menguba perusahaan menjadi tempat dimana
orang-orang untuk memuaskan kebutuhan untuk tumbuh dalam jam-jam tak berdinas
(hlm. 60).
Peluang
Peluang
mungkin merupakan unsure yang paling kuat dari empat unsure yan g mempengaruhi
vitalits kerja karena Ia mempunyai konsekuensi yang secara potensial merusak
bila tidak hadir. Untuk membuka peluang kita harus menciptkan kondisi yang
mendukung untuk melakukan segala sesuatu yang ingin kita lakukan. Tanpa peluang
yang dipersepsi, pegawai menjadi putus asa.
Kinerja
Ketika
kita mulai merekayasa kinerja, kita harus memandangnya dalam suatu konteks
nilai. Dalam konteks vitalitas kerja dalam organisasi pandangan Gilbert
mengenai kerja sangat konsisten dengan apa yang kita anggap penting untuk untuk
memberdayakan pekerja. Pekerja yang tidak ingin menjadi vital tidak akan
membuat organisasi maju. Tantangan hari ini adalah bagaimana menciptakan
kondisi yang member kontribusi terhadap vitalitas pegawawai.
Langganan:
Postingan (Atom)